MenitZone, Bojonegoro ][ Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto menghadiri Peringatan HUT Perkumpulan Disabilitas Kabupaten Bojonegoro (PDKB) ke-10, Rabu (6/3/2024) di Sekretariat PDKB, Desa Lengkong, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro. Pada momen ini, ada beberapa isu yang diangkat diantaranya hak menuntut ilmu, hak mandiri, serta peniadaan diskriminasi bagi penyandang disabilitas agar dapat terlibat dan merasakan dampak pembangunan.
Peringatan HUT ini juga sekaligus menyambut Bulan Suci Ramadan 1445 H. Dalam kegiatan bertema ‘Disabilitas Kreatif Menuju Bojonegoro Inklusif’, hadir pula perkumpulan disabilitas dari Kabupaten Sumenep, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tuban.
Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto dalam arahannya mengucapkan salam hormat pada seluruh anggota PDKB. Besar harapannya agar PDKB bisa terus memberikan kontribusi untuk masyarakat dan terus berkarya.
Pj Bupati juga berharap kepada para ibu yang hadir akan menjadi penyambung dan jembatan untuk masyarakat. Karena terkadang, ada rasa sungkan dan enggan untuk menyampaikan ke masyarakat bahwa ada anggota keluarga yang memiliki keterbatasan. Untuk itu peran para ibu yang paling kenal dengan tetangga dan sering berada di lingkungan rumah perlu mengingatkan jika ada keluarga yang punya anggota keluarga disabilitas. “Mereka harus diberi kesempatan seperti hak sekolah dan hak mandiri,” tuturnya.
Lebih lanjut, Pj Bupati menekankan agar tidak ada diskriminasi dan mengikutsertakan disabilitas dalam kegiatan masyarakat. Sebab, hal tersebut menjadi tugas bersama. Dengan semangat untuk mandiri, dan berkontribusi bisa menjadi contoh. Hal ini diharapkan menjadi penyemangat bagi masyarakat lain untuk semangat tinggi menjadi pribadi baik.
“Selamat kepada PKDB dalam merayakan HUT yang seharusnya pada 14 Maret, tapi dimajukan karena bertepatan dengan puasa. Temanya juga relevan. Inklusif artinya semua ikut dalam pembangunan dan merasakan hasil dari pembangunan. Di depan juga ada karya teman-teman PDKB dan itu perwujudan dari kemandirian. Terpenting, tugas bersama untuk membangun Bojonegoro,” pungkasnya. (Redho)