by Zeng Wei Jian
Indonesia menang bidding Piala Dunia U-20. Timnas Israel lolos. Sayap kanan bereaksi. Kemelut politik. Gubernur Koster & Ganjar Pranowo tegas tolak kedatangan Timnas Israel. Walikota Gibran tetap nyiapin venue U-20.
Alasan Extrim kanan Anti Timnas Israel adalah Urusan Rasis. Ganjar & Koster klaim ikut Ideology Sukarno. Anakronistik jadinya.
Anies Baswedan ga merasa butuh komentar. Positioning-nya jelas. Dia disupport kaum fundamentalis radikals.
Gubernur Jateng & Bali mendahului Presiden. Ternyata Presiden Jokowi minta pisahkan Sport & Politik.
Aksi tuai Reaksi. Public Nasionalis marah ke Ganjar Pranowo, Koster, dan PDI-P. Avonturisme “Tolak Timnas Israel” bisa membuat industri Sepak Bola Indonesia ga karuan. FIFA bisa ban Tim Indonesia main di semua event. Mimpi anak muda jadi pemain top AC Milan terkubur. No hope. Club-club lokal pingsan. Sekitar 500 ribu orang di arena sepak bola akan terdampak secara langsung.
Muncul apologetic di banyak Grup WA. Bela Sikap Ganjar Pranowo. Alasan keamanan. Ahli teroris partikelir rilis opini. Organisasi radikal nyiapin agenda pembantaian terhadap Timnas U-20 Israel.
Mendadak muncul banyak Kepala BIN gadungan. Report soal rencana aksi teror. Ntah informasinya dari mana. BIN senyap. Polisi & TNI masi diam.
Seandainya pun Koster & Ganjar punya informasi intelijen, mestinya disampaikan melalui saluran yang tepat. Bukan via media. Jadinya memprovokasi. Program Nasional Pemerintah Pusat diganggu. Bikin ruwet sesuatu yang mestinya sederhana.
Jika pun ada ancaman serius terhadap keselamatan Timnas Israel, mestinya disampaikan bertingkat. Sampai ke Presiden. Jangan gaduh duluan. Nyari sensasi. Lalu sampaikan ke FIFA. Biar yang punya otoritas ambil sikap.
Manuver politik soal Timnas Israel punya dimensi ide Duet Anies-Ganjar. Koalisi PDI-P dan Sayap Kanan terbukti kuat menekan FIFA dan bikin gaduh satu republik.
Presiden Jokowi telah pidato; Pisahkan Sport & Politik. Seluruh element di bawah-nya; Kementerian Pertahanan, TNI, Polri, Kepala Daerah, Paramiliter, Jokower dan lain-lain wajib mengamankan policy pemerintah.
Jika jato korban, yang rugi adalah kelompok teror, radikals, extrimis, Aniser, dan Politik Identitas. Mereka akan dihabisi.
THE END